Pengertian Nagham Sikah
Dalam seni tilawah Al-Qur’an, selain aspek tajwid (aturan bacaan), juga dikenal unsur Nagham berasal dari bahasa Arab نغم (naghm) yang berarti nada atau Nagham. Dalam konteks tilawah, Nagham ini adalah penataan ritme suara, melodi, dan modulasi nada yang tetap menghormati tajwid dan makharij huruf. Nagham tidak menggantikan tajwid, tetapi memperindah bacaan dengan pola melodi tertentu agar pendengar merasakan keindahan dan suasana khidmat. Dari sekian maqamat / Nagham yang dikenal dalam tilawah Qur’an, salah satu yang populer adalah Sika (kadang juga disebut Syika). Nagham Sika sering digunakan dalam lomba tilawah (MTQ) maupun tilawah khusyuk di masjid. (Menurut artikel “7 Nagham dan Seni Baca Alquran yang Bisa Diamalkan”).
Nagham Sīkāh (سيكاه) adalah salah satu maqām (nada) dalam seni bacaan Al-Qur’an (nagham al-Qur’ān) yang memiliki karakter lembut, penuh perasaan, dan menyentuh hati. Maqam ini sering digunakan untuk ayat-ayat yang menggambarkan kasih sayang, taubat, atau perenungan. Seni membaca Al-Qur’an dengan indah dan berNagham merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap kalamullah yang mulia. Maqam Sika dikenal dengan karakter nadanya yang lembut, tenang, dan menyentuh hati, sehingga sering digunakan dalam ayat-ayat yang menggambarkan kasih sayang Allah, taubat, dan introspeksi diri. Menurut Al-Ghazzawi (2014:45), maqam Sika berasal dari sistem nada Arab klasik yang memiliki dasar pada derajat ketiga dari tangga nada Maqam Rast, yaitu pada nada “mi” atau “sika”, yang menjadi pusat warna nada lembut dan halus.
- Macam-Macam Cabang (Furu’) Nagham Sika
Dalam perkembangan seni tilawah Al-Qur’an, Nagham Sika memiliki beberapa cabang (far‘) atau variasi lagu turunan. Setiap cabang memiliki karakter dan rasa yang sedikit berbeda, meskipun masih berada dalam “keluarga” maqam Sika.
Berikut beberapa macam nagham atau variasi dari maqam Sika:
- Sika Asli (Sika Murni / Asasiyyah)
- Ciri khas: nada lembut, tenang, dan stabil.
- Kesan: menimbulkan rasa ketenangan dan kedekatan spiritual.
- Penggunaan: sering dipakai untuk awal atau pembukaan bacaan (misalnya pada basmalah atau ayat awal surah).
- Contoh penggunaan: “Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm…” dibaca dengan nuansa yang lembut dan penuh rasa.
- Sika Misri (Mesir)
- Asal: berkembang di Mesir (Mesri).
- Ciri khas: memiliki sentuhan emosional yang lebih kuat dan sering digunakan oleh qari-qari Mesir seperti Syaikh Mustafa Ismail.
- Kesan: mendalam, menyentuh perasaan, sangat ekspresif.
- Penggunaan: cocok untuk ayat-ayat yang menggambarkan penyesalan, doa, dan kasih sayang Allah.
- Sika Baladi (Lokal / Tradisional)
- Asal: berkembang dari gaya tradisional rakyat (baladi).
- Ciri khas: lebih sederhana, tidak terlalu banyak ornamen melodi.
- Kesan: alami, tulus, dan tidak dibuat-buat.
- Penggunaan: sering digunakan dalam pengajaran dasar nagham atau latihan awal bagi pelajar tilawah
- Sika Iraq
- Asal: berkembang dari tradisi maqam Irak klasik.
- Ciri khas: memiliki gerakan nada naik-turun yang lembut dan melankolis.
- Kesan: menghadirkan rasa kerendahan hati dan keharuan.
- Penggunaan: sering digunakan dalam ayat-ayat doa atau kisah para nabi.
- Sika Bayati
- Asal: hasil perpaduan maqam Sika dan Bayati.
- Ciri khas: perpindahan nada antara Sika (Mi) ke Bayati (Re) menciptakan rasa manis namun khusyuk.
- Kesan: hangat, menggugah, namun tetap lembut.
- Penggunaan: biasanya untuk transisi antara maqam, misalnya dari Sika menuju Bayati untuk memperkaya variasi Nagham bacaan.
- Sika Hijaz
- Asal: hasil kombinasi antara maqam Sika dan Hijaz.
- Ciri khas: memberikan nuansa emosional dan spiritual yang kuat karena tangga nada Hijaz menonjolkan interval khas “Arab Timur Tengah”.
- Kesan: mendalam, penuh rasa haru dan ketundukan.
- Penggunaan: sering untuk ayat-ayat tentang akhirat, azab, atau doa perlindungan.
- Tahapan Nagham dalam Nagham Sika
Menurut Al-Haddad (2017:84) dan Qasim (2020:51), setiap maqam memiliki tahapan pengembangan Nagham (marātib al-nagham) agar bacaan terasa hidup dan tidak monoton. Dalam maqam Sika, tahapan tersebut meliputi tiga bagian utama:
- Tahap– Taqdim (Pendahuluan / Muqaddimah) Tahap ini digunakan untuk membuka bacaan dengan nada lembut dan stabil. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian pendengar dan menyiapkan suasana hati yang khusyuk. Biasanya dimulai dari nada dasar maqam Sika (mi) dengan sedikit naik pada akhir frase.
- Tahap II – Tathwir (Pengembangan) Merupakan inti dari maqam Sika. Pada tahap ini qari mulai memainkan variasi naik-turun nada sesuai dengan makna ayat. Jika ayatnya berisi doa atau penyesalan, maka qari memperpanjang nada dan memberi tekanan emosional. Pada tahap ini pula sering digunakan transisi ke maqam lain seperti Bayati atau Hijaz untuk memperkaya ekspresi.
- Tahap III – Khatm (Penutup) Tahap terakhir digunakan untuk menutup bacaan dengan nada menurun secara perlahan. Kesan yang muncul adalah kedamaian dan ketundukan di hadapan Allah. Biasanya qari kembali ke nada dasar Sika untuk mengakhiri bacaan dengan keseimbangan harmoni.
Setiap tahapan tersebut harus dijalankan dengan pemahaman makna ayat agar Nagham tidak sekadar indah secara bunyi, tetapi juga mengandung ruh dan pesan spiritual yang dalam.
- Tingkatan dalam Nagham Sika
Secara umum, maqam Sika memiliki tiga tingkatan utama, yaitu marhalah (tahap awal), wasath (tengah), dan jawab (tinggi). Setiap tingkat memiliki fungsi dan kesan emosional tersendiri dalam tilawah.
- Marhalah Ula (Tingkatan Pertama / Rendah)
- Pengertian:
Tingkatan pertama dalam nagham Sika disebut marhalah ula atau maqam asasi (dasar). - Ciri khas:
Suara dibaca lembut, tenang, dan stabil dengan nada rendah. - Fungsi:
Digunakan untuk pembukaan bacaan, seperti basmalah atau ayat awal surah. Tahapan ini menyiapkan suasana batin pendengar agar fokus dan khusyuk. - Kesan emosional: Menunjukkan kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah.
- Contoh penerapan: Digunakan pada ayat seperti “Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm” atau “Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn” dibaca dengan tenang dan lembut. (Al-Haddad, 2017)
- Marhalah Wasath (Tingkatan Kedua / Tengah)
- Pengertian:
Tahapan pertengahan di mana qari mulai mengembangkan Nagham dan nada sesuai dengan dinamika makna ayat. - Ciri khas: Suara sedikit naik, disertai variasi nada yang lebih hidup, tetapi tetap mempertahankan kelembutan khas maqam Sika.
- Fungsi:
Digunakan ketika membaca ayat-ayat kisah, nasihat, atau doa, di mana qari ingin menyampaikan emosi dan penekanan makna tanpa kehilangan kesyahduan. - Kesan emosional: Menggugah rasa haru dan refleksi diri, biasanya menimbulkan getaran hati pendengar.
- Contoh penerapan: Pada ayat seperti “Rabbi innī ẓalamtu nafsī fa-ghfir lī” (QS. Al-Qashash:16), qari menaikkan nada sedikit pada bagian permohonan ampun. (Al-Munajjid, 2019)
- Marhalah Jawab (Tingkatan Ketiga / Tinggi)
- Pengertian:
Tahapan puncak dari maqam Sika, di mana suara mencapai tingkat nada tertinggi dalam Nagham, namun tetap terkontrol dan tidak berlebihan. - Ciri khas: Nada tinggi, penuh kekuatan emosional, tetapi tetap dalam warna suara lembut dan tidak keras seperti maqam Jiharkah atau Hijaz.
- Fungsi:
Digunakan untuk puncak makna ayat misalnya ketika ayat menggambarkan keagungan Allah, janji surga, atau penyesalan mendalam. - Kesan emosional: Memberikan perasaan keharuan, ketundukan total, dan kekhusyukan mendalam.
- Contoh penerapan: Pada ayat seperti “Wa man yaghfiru al-dhunuuba illā Allāh” (QS. Ali Imran:135), qari menaikkan nada untuk menonjolkan harapan dan rahmat Allah. (Qosim, 2020)
- Teknik Nagham sika
Dalam penerapannya, maqam Sika membutuhkan penguasaan teknik khusus agar suara terdengar indah, lembut, dan mengalir. Menurut Shobari (2021:33), teknik utama dalam nagham Sika meliputi:
- Teknik Intonasi Nada (Tashih al-Nagham)
Qari harus mampu menjaga ketepatan nada dasar dan mengontrol perpindahan antar-nada dengan halus. Kesalahan kecil dalam interval nada dapat mengubah rasa maqam. - Teknik Nafas dan Phrasing
Karena Sika menuntut bacaan panjang dan lembut, pengaturan nafas menjadi penting. Qari dianjurkan untuk berlatih pernapasan diafragma agar dapat mempertahankan suara stabil saat berpindah nada. - Teknik Dinamika Suara (Tadarruj Sawti)
Dalam maqam Sika, dinamika suara harus bergradasi lembut — dari pelan ke sedikit tinggi, lalu kembali menurun. Ini menciptakan kesan spiritual yang menyentuh hati. - Teknik Makna (Tawfiq Ma‘na wa Nagham)
Qari harus menyesuaikan tinggi-rendah nada dengan makna ayat yang dibaca. Ayat doa dibaca dengan lembut, ayat azab dengan tekanan, sedangkan ayat rahmat dengan kelembutan penuh kasih. - Teknik Transisi Antar-Maqam (Intiqal)
Qari berpengalaman sering memadukan maqam Sika dengan maqam lain seperti Bayati atau Hijaz. Namun, perpindahan ini harus dilakukan secara halus (marhalah) agar pendengar tidak merasa terputus dari alur emosi bacaan.