- Pengantar Nagham Jiharkah
Nagham Jiharkah merupakan salah satu dari tujuh maqām atau nagham yang populer dalam seni tilawah Al-Qur’an. Secara etimologis, kata Jiharkah berasal dari bahasa Persia “Chahar” yang berarti empat, dan “gah” yang berarti tempat atau nada, sehingga Jiharkah bermakna “tempat keempat” dalam susunan tangga nada (Al-Banna, 2018). Dalam konteks tilawah, Jiharkah dikenal sebagai Nagham yang menggambarkan perasaan ceria, lembut, penuh harapan, dan ketenangan spiritual, sering digunakan pada ayat-ayat yang mengandung pesan kebahagiaan, surga, atau kasih sayang Allah.
Lagu Jiharkah memiliki Nagham raml atau minor yang terkesan sangat manis dan dapat menimbulkan perasaan yang mendalam. Lagu ini sering dilantunkan saat takbiran pada hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Awal lagu Jiharkah sedikit mirip dengan lagu Syikah, kemudian dilanjutkan dengan suara minor yang relatif lurus, diikuti nada yang sedikit lebih tinggi sambil mempertahankan gerakan yang sama sebelumnya, dan diakhiri dengan nada gerakan lurus secara alami. Lagu ini tidak begitu populer, mungkin karena Naghamnya yang sedikit sulit dan bersifat minor. Mengajarkan lagu ini sering kali mengalami kesulitan, bahkan bagi mereka yang baru belajar. Lagu jiharkah memiliki variasi tingkat lagu jiharkah yaitu: Ashli (awal lagu jiharkah), Nawa, Jawab, Tahlith, (Tim Penyusun Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Direktorat Penerangan Agama Islam, 2000).
Jiharkah biasanya diajarkan setelah Qari menguasai Maqam Bayyati dan Hijaz, karena keduanya memiliki struktur nada yang mudah diadaptasi ke dalam Jiharkah. Menurut Al-Qattan (2020), Jiharkah menempati posisi istimewa dalam seni tilawah karena ia mampu menimbulkan emosi positif dan memberikan nuansa indah dalam penyampaian pesan ayat suci.
- Struktur Nada dan Karakter Nagham Jiharkah
Secara teknis, maqam Jiharkah memiliki pola tangga nada yang khas, yaitu Do – Re – Mi – Fa – Sol – La – Si – Do’, dengan fokus penekanan pada nada Mi – Fa – Sol – Fa – Mi. Ciri khas Jiharkah adalah adanya transisi yang lembut antara nada tengah ke tinggi yang memberikan kesan ringan dan mengalun. Hal ini berbeda dengan maqam seperti Bayyati yang memiliki nuansa emosional atau Hijaz yang cenderung melankolis.
Dalam praktik tilawah, Jiharkah sering digunakan untuk membuka bacaan (muqaddimah) atau pada bagian ayat yang menggambarkan suasana gembira, pujian, atau nikmat Allah. Teknik ini juga membutuhkan kontrol napas yang stabil dan resonansi suara yang baik untuk menjaga kesinambungan nada yang tinggi. Menurut Hasan (2019), salah satu keindahan Jiharkah adalah kemampuan qari’ untuk “memainkan nada” tanpa kehilangan makna tafsir ayat yang dibaca.
- Tahapan Teknik Nagham Jiharkah
Pelatihan Nagham Jiharkah dilakukan secara bertahap, mulai dari pengenalan nada hingga penguasaan improvisasi dalam tilawah. Adapun tahapannya dijelaskan sebagai berikut:
- Tahap Pertama: Pengenalan Nada Dasar
Tahap ini meliputi pembelajaran tangga nada dasar Jiharkah dengan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah menggunakan vokal panjang (mad thabi’i) agar qari terbiasa dengan getaran suara. Guru qira’at biasanya memberikan latihan dengan menggunakan potongan ayat-ayat pendek seperti Surah Al-Fatihah atau Al-Ikhlas.
Penting pada tahap ini adalah mengenali perbedaan karakter antara maqam Jiharkah dan maqam lain. Menurut Saad (2021), latihan mendengarkan (istima’) dari qari profesional merupakan metode efektif dalam mempercepat penguasaan Jiharkah karena siswa dapat meniru intonasi dengan lebih akurat.
- Tahap Kedua: Latihan Vokal dan Napas
Pada tahap ini, qari belajar mengatur napas (tanaffus) agar mampu menahan suara dalam satu Nagham panjang tanpa terputus. Nagham Jiharkah sering kali menuntut kemampuan mengatur tekanan vokal antara nada tinggi dan rendah. Latihan dilakukan dengan metode tahqiq (perlahan dan jelas) serta tartil untuk menjaga kejelasan makhraj dan tajwid.
Latihan ini juga melatih fleksibilitas pita suara agar mampu mengimbangi perubahan nada yang dinamis. Menurut Al-Khatib (2022), kontrol pernapasan adalah kunci utama keindahan Nagham Jiharkah karena tanpa kestabilan napas, keindahan nada akan terganggu dan makna ayat bisa hilang.
- Tahap Ketiga: Penerapan pada Ayat-Ayat Bertema Gembira
Setelah menguasai teknik dasar dan napas, tahap selanjutnya adalah menerapkan Jiharkah pada ayat-ayat bertema gembira seperti tentang surga, rahmat, atau nikmat Allah. Misalnya pada Surah Ar-Rahman ayat 13:
“فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ”
Ayat ini sangat cocok dibacakan dengan maqam Jiharkah karena mencerminkan suasana syukur dan keindahan. Menurut penelitian oleh Nurdin (2020), penggunaan Jiharkah pada ayat-ayat semacam ini meningkatkan emosional engagement antara qari dan pendengar, sehingga pesan keindahan ayat tersampaikan lebih kuat.
- Tahap Keempat: Transisi ke Maqam Lain
Tahap lanjutan dari penguasaan Jiharkah adalah kemampuan melakukan transisi (intiqal maqamat) ke maqam lain seperti Rast, Bayyati, atau Nahawand tanpa kehilangan ciri khas Jiharkah. Dalam tilawah yang panjang, qari sering memadukan beberapa maqam untuk menciptakan variasi emosional dan menghindari monoton.
Menurut Jalaluddin (2017), Jiharkah sering dijadikan maqam transisi sebelum menuju ke maqam Rast karena keduanya memiliki interval nada yang harmonis. Transisi ini memerlukan ketepatan dalam penempatan nada agar perubahan terasa alami.
- Tahap Kelima: Improvisasi dan Penghayatan (Tathbiq al-Ma’na)
Tahap terakhir adalah penghayatan makna dan improvisasi nada. Qari tidak hanya membaca dengan nada indah, tetapi juga harus memahami makna ayat sehingga nada yang dipilih sesuai dengan pesan teks Al-Qur’an. Jiharkah dalam tahap ini menjadi medium ekspresi spiritual.
Misalnya pada ayat-ayat yang menggambarkan nikmat surga, qari menggunakan nada naik dengan vibrasi lembut untuk menciptakan suasana damai. Menurut Mubarok (2023), aspek ruhani menjadi bagian penting dari teknik Jiharkah karena tujuan utama tilawah adalah menyampaikan makna Al-Qur’an dengan penuh rasa.
- Ciri-Ciri dan Kelebihan Nagham Jiharkah
Jiharkah memiliki beberapa kelebihan dibanding maqam lain. Pertama, Nagham ini mudah dipelajari bagi pemula karena tangga nadanya relatif sederhana. Kedua, kesan emosionalnya positif sehingga cocok digunakan dalam berbagai suasana bacaan. Ketiga, fleksibel untuk dikombinasikan dengan maqam lain.
Selain itu, Jiharkah memberikan ruang bagi qari untuk menonjolkan artikulasi huruf secara jelas. Suara yang dihasilkan cenderung lembut dan mengalun, memberikan efek ketenangan bagi pendengar. Menurut Hidayat (2021), Jiharkah mampu menciptakan harmoni spiritual antara bacaan dan pendengar, sehingga sering dipakai dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ).
Secara keseluruhan, Nagham Jiharkah adalah salah satu maqam yang memiliki nilai keindahan tinggi dan makna spiritual mendalam. Tahapan pembelajarannya meliputi pengenalan nada, latihan napas, penerapan pada ayat, transisi maqam, dan penghayatan makna. Penguasaan Nagham ini menuntut ketelitian, perasaan, dan pemahaman terhadap pesan ayat agar bacaan tidak sekadar indah di telinga tetapi juga menyentuh hati.
Melalui pendekatan bertahap tersebut, Jiharkah tidak hanya menjadi keterampilan musikal, tetapi juga sarana spiritual yang menghubungkan qari dengan pesan ilahi dalam Al-Qur’an.